Deburan ombak menyapu pasir pantai
Gulungan ombak bekejaran ingin menjadi yang pertama
Berlari dan kembali lagi ke laut
Tammpak indah tetapi tidak
Cinta yang kurasa indah tetapi menyakitkan dan
Gulungan deburan ombak mengingatkanku
Betapa besarnya cintaku kepada dia
Tak terhitung tapi sia-sia
Angin malam berembus melewati jendela kamarku
Masuk tanpa permisi memberikan sepucuk surat padaku
Tak sanggup kubaca kata-kata itu
Karena ku tahu isi pesan itu
Namun kubuka, dan
tak terasa wajahku basah dengan air mataku
Tak dapat kubendung derita hati itu
Salju pun menjadi air
Tak sanggup kurasakan hawa dingin kesepian itu
Menghentikan aliran darah, hancur
Menjadi debu yang terombang-ambing
Ia tak membalas cinta itu
Hujan turun mengalir deras di pipiku
Badai selalu menerpa hatiku, kehidupanku
Aku tak pernah sadar saat mengenangnya
Aku selalu melakukan hal yang sia-sia
Menangis
Hujan itu selalu menghampiriku walau ku tak mau
Tak ada payung yang melindungiku
Tubuhku basah, dingin karenanya
Hanya di bawah hujan itu, hujan ini tak terlihat
Begitu banyak tetes air mengalir jatuh ke hatiku
Tak terhitung
Sulitnya melupakan kenangan itu
Yang dulu
Karena
Begitu sulitnya bagiku melupakan dia
Serpihan hati kurangkai tuk cinta yang MATI
Palembang, 2007
(jaman-jaman SMP :D)